Teori Efek Hawthrone

Efek Hawthrone pertama kali ditemukan sebagai hasil dari analisis atas sebuah eksperimen yang dilakukan Hawtrhone works, sebuah pabrik diluar Chichago pada tahun 1924 – 1932. Pada tahun 1955 istilah “Efek Hawthrone” pertama kali disarankan oleh Henry A.Landsberger. Menurutnya, efek hawtrhone adalah tipe teori reaktif, hal ini merujuk pada peningkatan dalam produktivitas yang ada pada sebuah organisasi sebagai dampak dari diawasi atau diapresiasi. Di dalam organisasi, ditemukan bahwa perubahan kecil seperti peningkatan sinar lampu, menghilangkan hambatan dari lantai, menjaga kebersihan tempat kerja atau bahwa peningkatan perhatian pada tempat kerja dalam memiliki dampak pada produktivitas dalam jangka pendek.

teori efek hawthrone


Eksperimen Hawthrone

Eksperimen Hawthorne belangsung dalam lima tahap yang berbeda pada tiap levelnya. Berikut lima tahap tersebut:

1. Studi Iluminasi
Dala studi ini, kondisi pencahayaan pada pabrik dinaikan untuk melihat apakah terdapat dampak terhadap produktivitas pekerja. Berdasarkan studi ini diketahui bahwa terdapat peningkatan produktivitas dalam jangka pendek, namun produktivitas itu kembali lagi pada level normal. Perubahan pencahayaan ini memberikan ide bahwa orang akan bersikap berbeda ketika ia merasa bahwa ia tengah diawasi.

2. Eksperimen perakitan relai
Eksperimen ini terdiri dari sebuah kelompok yang terdiri dari enam orang wanita. Kelompok tersebut merakit relai telepon selama lebih dari 5 tahun. Banyak variabel yang di ubah untuk mengecek apakah terdapat dampak terhadap produktivitas. Hasil penelitian menunjukan bahwa tiap perbedaan dalam variabel menghasilkan peningkatan produktivitas. Terdapat kenaikan produktivitas bahkan ketika variabel dikembalikan pada seperti smeula. Hal ini membuat peneliti berkesimpulan bahwa pekerja akan bekerja keras apabila mereka merasa mereka tengah diawasi. Peneliti mencatat bahwa keenam peserta yang ikut dalam penelitian itu meras senang dan merasa pengalaman penelitian itu spesial untuk mereka. Kondisi yang unit, seperti mendapatkan simpati dari supervisor dan kesempatan untuk memilih anggota tim, diperkirakan juga penting untuk meningkatkan produktivitas.

3. Program interview
Pekerja pabrik Hawthrone mereka diinterview mengenai moral pekerja di pabrik dan apa yang mereka rasakan soal gaya supervisi dan praktik yang berlaku disana. Mereka mengatakan bahwa mereka merasa senang ketika mereka diberikan kesempatan untuk didengarkan. Bottom-up komunitasi membantu untuk menciptakan lingkungan yang positif.

4. Eksperimen Ruang Bank Wiring
Mayo dan W. Lyod Wright melakukan eksperimen terhadap sebuah kelompok yang terdiri atas 14 laki-laki antara tahun 1931 dan 1932. Pada periode itu, pekerja laki-laki yangbekerja pada swicthing equipment dijanjikan akan mendapatkan insentif. Hal itu dilakukan untuk memahami dampak insentif terhadap produktivitas. Namun demikian hasil penelitian menunjukkan hasil yang sebaliknya, yakni produktivitas menurun. Hal ini terjadi karena pekerja merasa kahwatir bahwa mereka akan diminta untuk terus menaikan output produksinya dan yang lain akan kehilangan pekerjaannya. Disana terdapat kontrol atas pekerja oleh peernya atau hubungan informal yang ada di kelompok utama. Pekerja memberikan respon yang sama yakni peer group memiliki dampak yang signifikan ketimbang insentif yang diberikan manajemen.

5. Konseling Personal
Dalam tahap ini, konsultan/konseling digunakan oleh pabrik untuk berinteraksi dengan pekerja dan bertindak sebagai agen imparsial. Konsultan itu kemudian memberikan feedback kepada supervisor dan membantu mereka memodifikasi perilaku. Hasil kegiatan ini menghasilkan komunikasi intra organisasi.

Definisi Efek harthrone
Efek hawthorne, dalam penelitian, merujuk pada skenario dimana variabel non manipulasi menyebabkan dampak yang tidak diperkirakan pada variabel yang sebelumnya dimaksudkan untuk dimanipulasi. Efek Hawthrone juga merujuk pada subjek eksperimen yang  mematuhi apa yang mereka anggap sebagai kehendak peneliti.

Dalam eksperimen, efek Hawthrone merujuk pada sebuahefek yang terjadi pada arah yang dikehendaki, tetapi bukan karena alasan yang dikehendaki. Dampak positif terjadi bukan karena variabel telah dimodifikasi atau dikenalkan, tetapi karena partisipan sadar bahwa mereka tengah diawasi. Peneliti perlu untuk memperhitungkan bahwaimana konsekuensi dari tindakan mempengaruhi bagaimana subjek penelitian berperilaku. Reaksi dari partisipan dalam eksperimen itu sendiri dapat membuat perbedaan. Kesimpulannya adalah bahwa setiap perubahan baru di lingkungan atau perhatian pada subjek akan diterima dengan baik oleh pekerja.


Share ya

Silahkan komen dibawah

0 Response to "Teori Efek Hawthrone"

Post a Comment