Menurut Van dijk,
penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks
semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga
diamati. Disini harus dilihat juga bagaimana produksi teks itu bekerja. Proses
produksi itu melibatkan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial.
Isitlah ini sebenarnya
diadopsi dari pendekatan lapangan psikologi sosial, terutama untuk menjelaskan
struktur dan proses terbentuknya suatu teks. Suatu teks yang cenderung memarjinalkan
wanita, misalnya, lahir karena kognisi/kesadaran mental diantara wartawan
bahkan kesadaran dari masyarkat yang memandang wanita secara rendah sehingga
teks disini hanya bagian kecil saja dari praktik wacana yang merendahkan
wanita.
Oleh karena itu, penelitian
mengenai wacana tidak bisa mengekslusi sekan-akan teks adalah bidang yang
kosong, sebaliknya ia adalah bagian kecil dari struktur besar masyarakat. Pendekatan
yang dikenal sebagai kognisi sosial ini membantu memetakan bagaimana produksi
teks yang melibatkan proses yang kompleks tersebut dapat dipelajari atau
dijelaskan.
Wacana oleh Van Dijk
digambarkan mempunya tiga dimensi: teks, kognisi sosial, dan konteks sosial.
Inti analisis Van Dijk adalah menggabungkan ketiga dimensi wacana tersebut ke
dalam satu kestuan analisis. Dalam dimensi teks, yang diteliti adalah bagaimana
struktur teks dan straegi wacana yang dipakai untuk menegaskansuatu tema
tertentu.
Pada level kognisi
sosial dipelajari proses produksi teks berita yang melibatkan kognisi individu
dari wartawan. Sedangkan aspek ketiga mempelajari bangunan wacana yang
berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah. Analisis van Dijk disini
menghubungkan analisis tekstual ke arah analisis yang komrehensif bagaimana
teks berita itu diproduksi, baik dalam hubungannya dengan individu wartawan
maupun dari masyarakat.`
Tiiga dimensi wacana oleh Van Dijk Kemudian
dikerucutkan lagi dimana teks dibagi menjadi 3 (tiga) yakni struktur makro,
superstruktur dan struktur mikro. Struktur makro adalah struktur luar pembentuk
wacana. Superstruktur berkaitan dengan skematik wacana. Struktur mikro mencakup
elemen-elemen kebahasaan yang digunakan dalam wacana.
Van Dijk juga menetapkan 4 (empat) elemen
kebahasaan yang dikaji pada tataran struktur mikro, yakni elemen sintaksis,
semantis, stilistik dan retoris. Kognisi sosial hadir untuk menjembatani antara
teks dan konteks (Van Dijk, 1988: 176-179). Kognisi sosial berkaitan dengan
proses mental dan kognisi pembuat wacana dalam proses produksi wacana.
Adanya analisis terhadap kognisi sosial
membuat daftar pertanyaan yang diajukan kepada pembuat wacana akan lebih
memperjelas bagaimana wacana diproduksi dan konteks seperti apa yang
mempengaruhinya. (Van Dijk, 1988: 179-180).
Sementara, untuk analisis konteks sosial
dilakukan melalui studi intertekstualitas, yakni mengaitkan suatu wacana dengan
wacana terkait yang ada sebelum dan sesudahnya.
Keterkaitan antara teks, kognisi sosial
dan konteks sosial mencerminkan kecenderungan suatu wacana. Kelebihan proses
analisis wacana yang dilakukan oleh Van Dijk adalah bagaimana ia menghubungkan
antara teks dan kontes emlalui kognisi sosial pembuat wacana (Van Dijk, 1988:
181 – 182).
0 Response to "Analisis Wacana Teun A Van Dijk"
Post a Comment