Setelah mengambil keputusan, segala kondisi
kognisi yang mengarah atau mendukung (favor)
alternatif terpilih adalah kognisi yang konsonan dengan keputusan, sedangkan
kognisi yang mendukung alternatif yang tidak dipilih disebut kognisi disonan.
Semakin besar jumlah dan semakin penting suatu kognisi disonan akan membuat disonansi
yang dialami individu semakin besar pula, apalagi jika jumlah dan tingkat
penting (importance) dari kognisi
konsonan juga semakin kecil (Harmon-Jones dalam Littlejohn & Foss, 2009:
110).
Dalam situasi yang menuntut pilihan, disonan
kognitif cenderung semakin besar ketika alternatif-alternatif pilihan yang ada
sama-sama mirip dalam tingkat kemenarikannya (closer in attractiveness), walaupun di antara alternatif tersebut
tetap ada karakteristik yang cukup membedakan di antara mereka. Dalam situasi
pilihan, disonansi dapat dikurangi dengan meyakinkan bahwa alternatif yang
dipilih terlihat lebih menarik dan/atau meyakinkan alternatif yang ditolak
terlihat kurang menarik (Harmon-Jones dalam Littlejohn & Foss, 2009: 110).
Disonansi meningkat ketika seseorang bertindak
dalam pertentangan (contrary) dengan
sikapnya, terutama ketika tidak ada orang lain yang memberi dukungan (encouragement) atau imbalan (incentive) dalam tindakannya tersebut. Disonansi
juga meningkat ketika individu terpapar informasi yang tidak konsisten dengan
kepercayaan maupun sikapnya. Dalam tindakan yang bertentangan dengan sikap,
individu dapat mengurangi disonansi dengan mengganti sikap mereka agar sesuai
dengan tindakan mereka (Harmon-Jones dalam Littlejohn & Foss, 2009: 110).
0 Response to "Disonansi Kognitif dalam Pengambilan Keputusan (Decision)"
Post a Comment