Teori disonansi
kognitif membuka peluang bagi persuasi dalam keadaan disonansi. Teori ini
menyarankan untuk dapat mempersuasi seseorang, perlu ada strategi yang berfokus
pada inkonsistensi dan juga penyediaan akan perilaku baru yang memungkinkan
adanya konsistensi atau konsonansi. Teori ini menjelaskan ketika orang berada
dalam disonansi mereka cenderung untuk mengurangi disonansi kognitif mereka
dengan mencari persuasi dari orang lain yang dapat mengurangi disonansi
kognitif mereka. Persuasi yang dibutuhkan ini dapat diterima dari orang lain
atau dari diri sendiri (self-persuasion)
(West & Turner, 2010: 114).
Persuasi yang diterima oleh orang lain atau
yang dilakukan sendiri perlu masuk ke dalam salah satu upaya berikut yang
bertujuan untuk mengurangi disonansi kognitif (Harmon-Jones dalam Littlejohn
& Foss, 2009: 110):
- Menambah kognisi yang konsonan
- Menghilangkan kognisi yang disonan
- Meningkatkan importansi dari kognisi yang konsonan
- Mengurangi importansi dari kognisi yang disonan
- Mengubah sikap (tidak memanipulasi kognisi atau importansi
sama sekali)
Dalam persuasi yang bertujuan untuk mengubah
sikap yang didorong oleh disonansi kognitif, sikap yang berubah cenderung
mengikuti kognisi yang paling sulit untuk diubah atau dikalahkan oleh kognisi
lain. Riset dalam teori ini banyak mengasumsikan perilaku terakhir dari
individu biasanya perilaku yang paling sulit diubah (Harmon-Jones dalam
Littlejohn & Foss, 2009: 110).
West
& Turner (2010: 120) juga berpendapat ada beberapa upaya dalam mengurangi disonansi,
yaitu:
1.
Menjauhi kognisi dari luar diri mereka yang bertentangan dengan
kognisi yang ingin dipertahankan.
2.
Mengubah sikap untuk menyesuaikan tindakan yang diambil
3.
Mengubah tindakan yang diambil untuk menyesuaikan dengan sikap yang
ingin dipertahankan
4.
Mencari peyakinan (reassurance)
setelah membuat keputusan sulit untuk bertindak.
Persuasi
yang diberikan kepada atau yang dilakukan sendiri oleh individu dapat juga
bertujuan untuk mencapai salah satu dari empat upaya tersebut, selain juga
untuk mencapai salah satu dari lima upaya yang sudah disampaikan Harmon-Jones
(dalam Littlejohn & Foss, 2009: 110).
Banyak
penelitian dalam teori ini berfokus pada persuasi dan pengambilan keputusan.
Penelitian yang dibahas banyak menyangkut tentang kemunculan disonansi setelah
individu mengambil keputusan yang disebut oleh West & Turner (2010: 120)
sebagai fenomena pascakeputusan (postdecision
phenomenon). Bentuk dari fenomena ini disebut juga sebagai penyeselan
pembeli (buyer’s remorse). Penyesalan
pembeli mengacu pada disonansi yang individu rasakan setelah memutuskan untuk
membeli barang berharga (large purchase).
Donnelly
& Ivancevich (1970 dalam West & Turner, 2010: 120-121) mengadakan
penelitian terhadap dua kelompok yang sudah menandatangani kontrak pembelian
mobil, namun harus menunggu penerimaan mobil tersebut. Kelompok pertama
mendapatkan peyakinan bahwa mereka telah membeli mobil yang tepat dengan
dihubungi dua kali, sedangkan kelompok kedua tidak dihubungi sama sekali dalam
waktu tunggu antara kontrak dengan penerimaan mobil mereka. Hasil dari
penelitian ini menunjukkan ada angka dua kali lipat pembatalan mobil pada
kelompok yang yang tidak dihubungi ketimbang kelompok yang dihubungi.
Penelitian ini mendukung adanya disonansi setelah membeli barang mahal dalam bentuk
penyesalan pembeli sebagai fenomena pascakeputusan. Penelitian Donnelly &
Ivancevich juga menunjukkan informasi yang mendukung keputusan yang diambil
dapat mengurangi disonansi yang muncul setelah keputusan tersebut diambil (West
& Turner, 2010: 120-121).
Penelitian
Simmons, Webb, & Brandon (2004) mempelajari apakah prinsip disonansi
kognitif dapat mendukung mahasiswa berhenti merokok. Mereka memberikan
intervensi dalam bentuk experimen (experimental
learning intervention) dimana responden mengalami proses pembelajaran. 144
mahasiswa yang merokok diberi tugas untuk menciptakan video pendidikan tentang
risiko merokok atau tentang berhenti merokok. Para peneliti menemukan intensi
atau niat untuk berhenti merokok dari mahasiswa ini meningkat seiring mereka
membuat video tersebut (West & Turner, 2010: 121).
0 Response to "Persuasi dalam Reduksi Disonansi Kognitif"
Post a Comment